Jumat, 20 Januari 2012

Burung bangkai pemakan buah

Suatu hari kawanan burung bangkai melakukan migrasi musim semi dan dimana mereka akan mengerami telurnya, untuk kemudian terlahirlah generasi baru burung karnivora tersebut. Tak ada yang aneh memang ketika mereka semua menetas sampai pada suatu hari ada seekor anak burung yang memiliki kelainan dari pada kebanyakan burung lainnya.
Ia terlahir dari salah satu telur burung yang jumlahnya 10 telur. Secara fisik dan kemampuan ia tidak berbeda dengan saudara-saudaranya. Dan jenis makanan apa yang ia terima pun tidak berbeda dengan yang dimakan oleh saudara-saudaranya. Burung bangkai terkenal sebagai hewan yang gampang lapar dan rakus.
Nama dari burung bangkai ini adalah frut, ia burung yang dikucilkan karena suatu masalah kegemarannya memakan buah dari pada memakan daging. Padahal secara harfiah dan sudut pandang kehidupan tidak salah dan diperbolehkan saja. Semua kegemaran ini terjadi akibat suatu kejadian yang tidak disengaja ataupun direkayasa, suatu ketika frut dan saudara-saudaranya lapar namun sang induk masih belum kembali dari mencari makanan untuk dimakan oleh  mereka. Tiba-tiba angin yang cukup besar bertiup dan menyebabkan buah apel yang ada di atas sarangnya jatuh tepat disarang tersebut. Frut dan saudaranya yang melihat benda tersebut terheran dan bertanya-tanya apakah itu. Frut dengan kepercayaan diri dan rasa lapar yang menguasai rasa penasarannya langsung mencicipi benda tersebut.
Frut        : (sambil mencicipi) hemmmmmm tidak buruk,,,,,,, rasanya manis dan lebih enak dari pada bangkai yang biasa kita makan.
‘apakah benar itu frut?’ Tanya saudara-saudaranya.  ‘iya, benar sekali . sungguh tiada tara nikmatnya.’ Jawab frut dengan expresi paling senang
Saudara-saudaranyapun ikut mencoba memakan buah tersebut tetapi mereka berkata ‘makanan macam apa ini, huh tidak enak’. Frut berkata ‘ini enak kok saudara-saudaraku, sungguh sangat enak dibandingkan dengan daging yang biasa kita makan’. Mereka pun berkata kembali ‘dasar burung aneh’.
Nah dari kejadian itu lah si frut menjadi terasingkan dan ditolak dari kawanannya kerena kegemarannya memakan buah dari pada daging bangkai. Namun ibu dari si frut tetap mendukung anaknya,  karena ibunya menganggap kebiasaan  dari frut itu memang tidak wajar tetapi karena tidak ada yang dirugikan maka sah-sah saja.  Frut yang semakin besar dan sudah mulai mencari makanannya sendiri lebih sering hidup menyendiri dari pada berkumpul bersama kawanannya atau pun saudaranya. Frut juga sering menjadi bahan pembicaraan oleh kawanan lainnya walaupun mereka sendiri tak memiliki kaitan dengan kelompok dari si frut. Sampai pada suatu saat ketika terjadi krisis pangan bagi burung bangkai membuat kawanan tersebut banyak yang tidak mampu bertahan dan mati satu demi satu. Frut yang memakan buah itu pun selamat dengan mudah karena dia pemakan buah tetapi saudara-saudara serta kawanannya tidak pernah bisa menerima malah makin membenci si frut. Dengan bijak frut pun hanya diam dan menganggap bahwa semua itu karena mereka tidak memiliki kemampuan seperti dia.
Saudara-saudara dari frut mati satu persatu lebih cepat dari pada si frut tetapi frut tidak pernah membalas perlakuan yang ia terima dari saudara-saudaranya justru ia yang selalu ada pertama kali untuk membantu mengurus mayat dari saudaranya itu. Sungguh burung yang berbudi pekerti dan memiliki hati yang memulai.
Pelajarannya yang kita dapat dari cerita ini banyak sekali, frut telah mencontohkan sikap yang patut kita tiru. Walau kita memiliki perbedaan, jangan lah kita merasa rendah diri atau tidak enak hati. Jangan lah membalas keburukan dengan keburukan tetapi balas dengan kebaikan jika tidak bisa lebih baik diam saja. Dan poin yang paling penting adalah ‘jika menurut kita dan alam baik belum tentu menurut sekitar kita itu baik dan diterima. So tetaplah lakukan yang terbaik bagaimanapun hasilnya.


1 komentar: